Blended Learning
A. Konsep Blended Learning
Abad 21 yang tengah kita rasakan saat
ini mengharuskan setiap lini kehidupan mengikuti perkembangannya. Termasuk
dalam hal pembelajaran. Berbagai inovasi telah ditemukan dalam dunia
poembelajaran termasuk salah satunya adalah branded learning.
Secara Etimiologi, Blended Learning berasal dari kata Blended dan Learning. Blend
artinya campuran dan Learning artinya belajar. Dari kedua unsur kata tersebut dapat diketahui
bahwa Blended Learning penyampuran pola belajar.
Pada
perkembangannya istilah yang lebih populer adalah Blended Blended e-Learning
dibandingkan dengan blended learning. Kedua istilah tersebut merupakan isu
pendidikan terbaru dalam perkembangan globalisasi dan teknologi Blended
e-Learning. Zhao (2008:162) menjelaskan “issu Blended e-Learning suliy untuk di
definisikan karena merupakan sesuatu yang baru”. Walau cukup sulit
mendefinisikan pengertian Blended Blended e-Learning tapi ada para ahli dan
profesor yang meneliti tentang Blended Blended e-Learning dan menyebutkan
konsep dari Blended e-learning. selain itu, pada penelitian Sharpen et.al
(2006:18) ditemukan bahwa “intitusi yang telah mengembangkan dengan bahasa
mereka sendiri, definisi atau tipilogi praktek blended”.
Menurut
Soekartowi (2006), Salah satu
model terbaru yang disebut Blended Blended e-Learning (BEL). Model, BEL, yang
disigned pada dasarnya didasarkan pada kombinasi dari aspek terbaik dari
penerapan teknologi informasi blended e-learning, kegiatan tatap muka
terstruktur, dan praktek dunia nyata.
Sedangkan menurut Ahmed, et.al (2008:1), Blended e-Learning, di sisi lain, menggabungkan aspek
dicampur e-lerning seperti: instruksi berbasis web, streaming video, audio,
komunikasi sinkron dan asychronous, dll: dengan tradisional, "belajar
tatap muka.
Berdasarkan pendapat ahli diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa Blended Learning merupakan
sebuah kemudahan pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian,
model pengajaran, dan gaya pembelajaran, memperkenalkan berbagai pilihan media
dialog antara fasilitator dengan orang yang mendapat pengajaran. Blended
learning juga sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face) dan
pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari interaksi
sosial. Blended Learning = combining
instructional modalities (or delivery media),
Blended Learning = combining instructional methods. Blended
learning dimaksudkan sebagai pencampur adukan atau penggabungan metode
pembelajaran instruksional.
B.
Karakteristik Blende Learning
Menuru sharpen
et.al (2006:18) karakteristik Blended Blended e-Learning, adalah:
1. Ketetapan sumber suplemen untuk program belajar yang
berhubungan selama garis tradisional sebagian besar, melalui intsitusional
pendukung lingkungan belajar virtual
2. Trasformatif tingkat praktik pembelajaran didukung
oleh rancangan pembelajaran sampai mendalam
3. Pandangan menyeluruh tentang tehnologi untuk mendukung
pembelajaran.
Blended Blended e-Learning berisi tatap muka, dimana
beririsan dengan blended e-learning. pada blended e-learning terdapat
pembelajaran berbasis komputer yang berisikan dengan pembelajaran online. Dalam
pembelajaran online terdapat pembelajaran berasis internet yang di dalamnya ada
pembelajaran berbasis web. Diskripsi tersebut disimpulkan bahwa dalam Blended
Blended e-Learning terdapat tatap muka yang beririsan dengan blended e-learning
dimana blended e-learning beserta komponen-komponennya yang berbasis komputer
dan pembelajaran online berbasis web internet untuk pembelajaran.
Berdasarkan komponen yang ada dalam Blended Blended
e-Learning maka teori belajar yang mendasari moder pembelajaran
tersebut adalah teori belajar Konstruktivisme (individual learning) dari
Piaget, kognotif dari Bruner Gagne dan Blooms dal lingkungan belajar sosial
atau Social Constructivisit (collaborativ learning) dari Vygtsky.
Karakteristik teori belajar konstruktivisme
(individual learning) untuk blended e-learning (Hasibuan, 2006:4) adalah
sebagai berikut.
1. Peserta didik aktif
2. Peserta didik membangun pengetahuan mereka
3. Subjektif, dinamis dan berkembang
4. Pengolahan dan pemahaman informasi
5. Learner memiliki belajar sendiri.
Unsur-Unsur
Blended Learning Pembelajaran berbasis blended learning mengkombinasikan antara
tatap muka dan e-learning tinggi paling tidak memiliki 6 (enam) unsur, yaitu:
(a) tatap muka
(b)
belajar mandiri,
(c)
aplikasi
(d)
tutorial
(e)
kerjasama
(f)
evaluasi.
C.
Penerapan
Blended Learning
Semler
(2005) mengatakan bahwa : "blended leraning mengombinasikan aspek terbaik
dari pembelajaran online, aktivitas tatap muka terstruktur , dan praktik dunia
nyata. Sistem pembelejaran online, latihan di kelas, dan pengalaman on-the-job
akan memberikan pengalaman berharga bagi diri mereka. Blended learning
menggunakan pendekatan yang memberdayakan berbagai sumber informasi yang
lain".
Berdasarkan ungkapan Semler maka
blended learning dapat diaplikasikan kedalam pelaksanaan pembelajaran dengan
dua model pembelajaran, yaitu:
- Peningkatan aktivitas tatap muka (face-to-face), bentuk pertama ini dilaksanakan dalam model tatap muka akan tetapi terjadi peningkatan aktivitas belajar dan mengajar oleh guru dan siswa dengan memanfaatkan jejaring teknologi informasi dan komunikasi, jejaring web, memanfaatkan e-learning, web online, blog, dan sebagainya.
- Pembelajaran campuran (hybrid learning), memadukan pembelajaran tatap muka di kelas dengan pembelajaran secara online. Model ini mengurangi aktivitas tatap muka di kelas sebagai akibat pengurangan aktivitas tatap muka dialihkan kedalam model pembelajaran secara online dengan memanfaatkan TIK.
Peran Pengajar
Peran pengajar dalam pembelajaran berbasis blended learning sangat penting
dalam mengelola pembelajaran. Yang pasti pengajar harus melek informasi. Di
samping memiliki keterampilan mengajar dalam menyampaikan isi pembelajaran
tatap muka, pengajar juga harus memiliki kpengetahuan dan keterampilan dalam
mengembangkan sumber belajar berbasis komputer (Microsoft Word dan Microsoft
PowerPoint) dan keterampilan untuk mengakses internet, kemudian dapat
menggabungkan dua atau lebih metode pembelajaran tersebut. Seorang pengajar
dapat memulai pembelajaran dengan tatap muka terstruktur kemudian dilanjutkan
dengan pembelajaran berbasis komputer offline dan pembelajaran secara online.
Kombinasi pembelajaran juga dapat diterapkan pada integrasi e-learning
(online), menggunakan komputer di kelas, dan pembelajaran tatap muka di kelas.
Bimbingan belajar perlu diberikan kepada pebelajar sejak awal, agar para
pebelajar memiliki keterampilan belajar kombinasi sejak awal, karena kemampuan
ini akan menjadi alat belajar di masa depan.
Peran pengjaar
sangat penting karena hal ini memerlukan proses transformasi pengetahuan isi
dan blended learning sebagai alat. Dengan makin baiknya sistem ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat, maka penduduk dunia akan semakin banyak pula, oleh
karena itu perlu dilakukan pembelajaran yang efisien dalam pemanfaatan sumber
daya, pembelajaran berbasis blended learning merupakan suatu keniscayaan untuk
dilaksanakan dalam sistem pembelajaran, khususnya di Indonesia. Kunci dari
semua ini terletak pada peran pengajar yang mengusai kompetensi untuk mengelola
pembelajaran berbasis blended learning.
D. Prosedur
Blende E-Learning Dalam Pembelajaran
Berikut Prosedur blended E-Learning
dalam Pembelajaran :
Pertama, menetapkan macam dan materi bahan
ajar. Pendidik harus paham betul bahan ajar yang seperti apa yang relevan
diterapkan pada pendidikan jarak jauh (PJJ) yang sebagian dilakukan secara face
to face dan secara online atau web based learning.
Kedua, tetapkan rancangan dari blended
learning yang digunakan. Rancangan pembelajaran harus benar-benar dirancang
dengan baik dan serius, dan juga harus melibatkan ahli e-learning untuk
membantu. Hal ini bertujuan agar rancangan pembelajaran yang dibuat benar-benar
relevan dan memudahkan sistem pembelajaran face to face dan jarak jauh,
bukan malah mempersulit siswa ataupun tenaga kependidikan lainnya dalam
penyelenggarakan pendidikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat
rancangan pembelajaran blended learning adalah (a) bagaimana bahan ajar
tersebut disajikan, (b) bahan ajar mana yang bersifat wajib dipelajari dan mana
yang sifatnya anjuran guna memperkaya pengetahuan, (c) bagaimana siswa bias
mengakses dua komponen pembelajaran tersebu, (d) faktor pendukung apa yang
diperlukan, misalnya software apa yang digunakan, apakah diperlukan
kerja kelompok atau individu saja.
Ketiga,
tetapkan format online learning.
Apakah bahan ajar tersedia dalam format PDF, video, juga perlu adanya
pemberitahuan hosting apa yang dipakai oleh guru, apakah Yahoo, Google,
Facebook, atau lainnya.
Keempat,
melakukan uji terhadap rancangan
yang dibuat. Uji ini dilakukan agar mengetahui apakah sistem pembelajaran ini
sudah berjalan dengan baik atau belum. Mulai dari kefektivan dan keefesiensi
sangat diperhatikan, apakah justru mempersulit siswa dan guru atau bahkan
benar-benar mempermudah pembelajaran.
Kelima, menyelenggarakan blended learning
dengan baik. Sebelumnya sudah ada sosialisasi dari guru atau dosen mengenai
system ini. Mulai dari pengenalan tugas masing-masing komponen pendidikan, cara
akses terhadap bahan ajar, dan lain-lain. Guru atau dosen disini bertugas
sebagai petugas promosi, karena yang mengikuti penyelenggaraan blended learning
bias dari pihak sendiri dan bahkan dari pihak lain.
Keenam, menyiapkan kriteria untuk melakukan
evaluasi. Contoh evaluasi yang dilakukan adalah dengan :
(a) Ease to navigate, seberapa mudah siswa bisa mengakses
semua informasi yang disediakan di paket pembelajaran. Kriterianya, makin mudah
melakukan akses, makin baik.
(b) Content/substance, bagaimana kualitas isi yang dipakai.
Misalnya bagaimana petunjuk mempelajari bahan ajar itu disiapkan, dan sudah
sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan sebagainya. Kriterianya: makin mendekati
isi bahan ajar dengan tujuan pembelajaran adalah makin baik.
(c)
Layout/format/appearance,.paket pembelajaran (bahan, petunjuk,
atau informasi lainnya) disajikan secara profesional. Kriterianya: makin baik
penyajian bahan ajar adalah makin baik.
(d) Interest, dalam artian sampai seberapa besar
paket pembelajaran yang disajikan mampu menimbulkan daya tarik siswa untuk
belajar. Kriterianya: siswa semakin tertarik belajar adalah makin baik.
(e) Applicability, seberapa jauh paket pembelajaran
yang bisa dipraktekkan secara mudah. Kriterianya: makin mudah adalah makin
baik.
(f) Cost-effectiveness/value, seberapa murah biaya yang
dikeluarkan untuk mengikuti paket pembelajaran tersebut. Kriterianya: semakin
murah semakin baik.
SUMBER REFERENSI :
Auliya Umri. 2013. Blended Learning Dalam
Pembelajaran. [online] “http://pls213065-auliya.blogspot.co.id/2013/12/blended-learning-dalam-pembelajaran.html”.
Diakses Tanggal 02 Mei 2016
Ishaq Madeamin. 2015. Konsep Blended Learning.
[online] http://www.ishaqmadeamin.com/
2015/02/konsep-blended-learning.html. Diakses
Tanggal 02 Mei 2016
Widibooks.org. 2013. Pembelajaran Berbasis Brande
Learning. [online] “https://id.wikibooks.org/wiki/Pembelajaran_Berbasis_Blended_Learning”
Diakses tanggal 02 Mei 2016
Using IT to Learn. 2015. Prosedur Blended Larning
Dalam Pembelajaran. [online] http://berbasistik.blogspot.co.id/2015/10/prosedur-blended-learning-dalam.html. Diakses
tanggal 02 Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar